MAKALAH VIROLOGI
(AMOEBA)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Virologi dan
Parasitologi
Disusun oleh :
Kelas
: Non Reg A-10A
UNIVERSITAS
AL-GHIFARI
Jl.
Cisaranten Kulon No. 140 Soekarno Hatta Bandung
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah ini. Makalah yang kami buat ini berisi
informasi mengenai sel amoeba. Makalah ini memberikan pengetahuan yang besar
mengenai sel amoeba, terutama untuk mahasiswa farmasi. Selain menyajikan materi yang
dikehendaki kurikulum, makalah ini menyajikan gambaran umum, morfologi dan anatomi serta patologi amoeba. Setiap materi dibahas dengan rinci dan disertai berbagai contoh
yang memudahkan untuk memahaminya.
Makalah ini dapat
mempermudah mahasiswa memahami apa itu sel amoeba. Makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca. Untuk menunjang pemahaman pembaca, kami menjabarkan materi
sesuai dengan materi yang ada.
Akhir kata, hanya ucapan terimakasih
yang dapat kami sampaikan kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan kita.
Bandung, Januari 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran
Umum
Para Amoeba (jamak amoebae atau Amuba)
ditemukan di habitat darat serta air. Bahkan, dapat berkembang di hampir
semua jenis habitat. Beberapa parasit di alam, sehingga menyebabkan kerusakan
pada manusia dan hewan. Sampai saat ini, enam spesies parasit diidentifikasi
yang menyebabkan ringan sampai penyakit berat pada manusia. Oleh karena itu,
ini organisme eukariotik uniseluler secara luas dipelajari dalam
mikrobiologi. Mari kita bahas secara singkat tentang fitur karakteristik
Amoeba tersebut.
Sebuah membran sel membungkus
sitoplasma sel dan organel dari Amoeba. Karena tidak ada dinding sel,
struktur selular yang tidak pasti. Hal ini dapat memperlihatkan dalam bentuk
apapun, berdasarkan kondisi sekitarnya. Ia memiliki pseudopodia untuk
keperluan penggerak dan makan. Para pseudopods adalah perpanjangan dari
sitoplasma. Amoeba menelan makanan dengan cara fagositosis, yang berarti
mengelilingi bakteri atau protista kecil lainnya, dan mengeluarkan enzim
pencernaan ke dalam vakuola. Pencernaan partikel makanan terjadi dalam
vakuola dengan bantuan tindakan enzimatik.
Sebuah Amoeba dapat memiliki lebih dari
dua inti dalam sel. Mirip dengan protozoa lain, mereproduksi secara aseksual
baik oleh mitosis atau sitokinesis. Di bawah divisi kuat dari Amoeba, porsi
yang berisi inti selamat, sedangkan bagian tanpa inti mati. Ketika organisme
terkena lingkungan mematikan, ternyata menjadi bentuk aktif, yang dikenal
sebagai kista amuba. Ini terus tetap dalam bentuk kista sampai bertemu
kondisi lingkungan normal.
Banyak jenis amoeba yang hidup
mandiri, antara lain Amoeba proteus, namun ada yang hidup parasitis dan
menyebabkan penyakit disentri pada manusia dan hewan (anjing dan kucing),
yaitu Entamoeba histolityca (Brotowijoyo, 1986 hal: 64).
Ukuran Amoeba berkisar antara 200-300 mikron, bentuknya selalu berubah-ubah. Sitoplasma dibagi menjadi dua bagian, yaitu ektoplasma yang jernih, dan endoplasma yang lebih keruh. Inti sebuah, pipih, bulat. Selalu ada satu vakuola kontraktil dan banyak vakuola makanan (Brotowijoyo, 1986 hal: 64). Amoeba bergerak dengan cara mengalirkan penjuluran protoplasma yaitu pseudopodia. Proses penjaluran itu nampaknya adalah pencairan sementara bagian luar endoplasma yang kental (plasmagel). Karena pencairan itu terjadi plasmosol. Jika kemudian plasmosol iti dikentalkan kembali, maka penjuluran protoplasma itu tertarik kembali, dan begitu seterusnya (Brotowijoyo, 1986 hal: 64).
Menurut Kastawi dkk
(2003 hal: 28) amoeba ada yang dibungkus cangkang atau tanpa selubung
cangkang (telanjang). Amoeba telanjang dari genus Amoeba dan Pelomyxa
bentuknya asimetris dan bentuk ini selalu berubah. Sebaliknya amoeba
bercangkang memperlihatkan simetris bagian luarnya (cangkangnya).
Sitoplasma terbagi dalam ekto dan endoplasma, pseudopodia ada yang tipe lobopodia (pada amoeba telanjang) atau tipe filopodia (pada amoeba bercangkang). Pada lobopodia, penjuluran lebih besar dan mengandung ekto dan endoplasma, sedang pada filopodia lebih kecil dan hanya tersusun dari ektoplasma (Kastawi, dkk. 2003 hal: 28).
Cangkang berasal
dari sekresi sitoplasma berupa silica atau khitin, atau materi dari luar yang
melekat. Amoeba melekat pada dinding dalam cangkang dengan perantara
penjuluran protoplasma. Cangkang selalu memiliki bidang terbuka untuk
penjuluran sitoplasma, dan karenanya bentuk cangkang sering mirip helm/topi
(Kastawi, dkk.2003 hal: 28).
1.1.1 Karakteristik Sel
Amoeba
Amoeba termasuk
dalam kelas Rhizopoda pada filum Protozoa. Secara umum dapat dijelaskan bahwa
protozoa adalah berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos artinya pertama dan
zoon artinya hewan. Jadi,Protozoa adalah hewan pertama. Tubuh protozoa
amat sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel). Namun demikian,
Protozoa merupakan system yang serba bisa. Semua tugas tubuh dapat dilakukan
oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpang tindih. Ukuaran tubuhnya antaran
3-1000 mikron. Bentuk tubuh macam-macam ada yang seperti bola, bulat
memanjang, atau seperti sandal bahkan ada yang bentuknya tidak menentu. Juga
ada memiliki fligel atau bersilia. Protozoa hidup di air atau tempat
yang basah. Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam
ekosistem air protozoa merupakan zooplankton.
Permukan tubuh Protozoa dibayangi oleh membransel yang tipis, elastis,
permeable, yang tersusun dari bahan lipoprotein, sehingga bentuknya
mudah berubah-ubah.
Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar ( cangkok) dari zat kersik
dan kapur. Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek,
Protozoa membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat
didalam sel antara lain nucleus, badan golgi, mikrokondria, plastida, dan
vakluola. Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof),
yaitu makanannya berupa organisme lainnya. Ada pula yang holofilik
(autotrof), yaitu dapat mensintesis makanannya sendiri dari zat organic
dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain itu ada yang bersifat saprofitik,
yaitu menggunakan sisa bahan organic dari organisme yang telah mati adapula
yang bersifat parasitik. Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan
unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin
protozoa meriupakan bentuk peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel
hewan dalam perjalanan evolusinya.
1.2
Klasifikasi Amoeba
Amuba sangat sensitif terhadap
rangsangan, yang jelas dari penyusutan atau perluasan sel, tergantung pada
kondisi sekitarnya. Seperti untuk menjaga tekanan osmotik dalam sel, vakuola
bertanggung jawab untuk hal yang sama. Ketika Amoeba disimpan dalam larutan
garam hipertonik (pekat), sel menyusut dan mencegah masuknya garam.
Sebaliknya, bila terkena air tawar hipotonik, sel Amoeba mengembang dan membengkak.
Datang ke taksonomi organisme ini,
sering tidak jelas dan membingungkan karena Amoeba memiliki fitur morfologi
yang khas. Hal ini juga sebagian karena fakta bahwa banyak spesies lain
protista menyerupai eukariot uniseluler ini dalam anatomi dan perilaku
mereka. Salah satu ciri khas yang membedakan Amoeba laut dari yang dari
spesies air tawar adalah kurangnya vakuola kontraktil dan enzim
mereka. Mari kita lihat bagaimana Amoeba diklasifikasikan secara ilmiah.
Domain : Eukaryota
Kerajaan / Kingdom : Protoza
Filum / Phylum :
Amoebozoa
Subfillum / Subphylum : Lobosa
Kelas / Class: Tubulinea
Subkelas/Subclass : Sarcodina
Bangsa /Order : Tubulinida
Keluarga / Family : Amoebidae
Marga / Genus : Amoeba
Spesies /Species :
Amoeba gorgonia Pen.
Amoeba limicola Rhumb.
Amoeba proteus Pal.
Amoeba vespertillo Pen.
Studi ilmiah sedang berlangsung untuk mengklasifikasikan Amoeba
dengan menggunakan subunit ribosom RNA (rRNA SSU) gen kecil. Seperti Amoeba
adalah salah satu bentuk yang paling sederhana dari organisme eukariotik di
Bumi, sering dianggap sebagai organisme perwakilan dalam proses evolusi.
Juga, dipelajari secara ekstensif dalam penelitian sel dalam rangka untuk
menentukan hubungan antara sitoplasma dan inti sel.
Klasifikasi Amoeba berdasarkan
tempat hidupnya Amoeba dibedakan menjadi :
a. Ektamoeba :
hidup di luar tubuh organisme (hidup bebas)
contoh: Amoeba proteus
b. Entamoeba :
hidup di dalam organisme / manusia
contoh:
§
Entamoeba histolityca
(parasit usus halus manusia penyebab Disentri)
§
Entamoeba coli (hidup
dalam colon/usus besar manusia).Tidak bersifat parasit, tetapi kadang dapat
menyebabkan buang air besar terus-menerus.
§
Entamoeba ginggivalis
hidup dalam rongga mulutmerusak gigi dan gusi, karena menguraikan sisa
makanan
1.3
Siklus Hidup
Siklus hidup dari seluruh amoeba usus hampir sama.
Bentuk infektif adalah kista. Sedangkan untuk bentuk tidak aktif adalah
tropozoit.
Gambar Siklus Hidup Amoeba
(Sumber: www.dpd.cdc.gov/dpdx)
Siklus hidup Entamoeba lebih sederhana dibandingkan dengan siklus
hidup parasit yang lain. Siklus hidup dari Entamoeba akan mengalami perubahan
dalam tiga bentuk, yaitu tropozoit, prekista, dan kista (Neva, dkk, 1994).
Infeksi hanya terjadi apabila kista yang telah matang masuk ke dalam saluran
pencernaan melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi, sedangkan
bila tropozoit yang tertelan, maka ia dihancurkan dalam lambung tanpa
menyebabkan infeksi. Kista yang telah masuk ke dalam sistem pencernaan akan
masuk ke dalam usus.
Di dalam usus kista akan mengalami exystasi, sehingga
dinding kista akan robek dan amoeba akan keluar sebagai bentuk metakista
berinti empat. Secara langsung metakista akan membelah menjadi delapan
tropozoit kecil. Tropozoit dilengkapi dengan pseudopodia untuk membantu
pergerakan.
Di dalam usus tropozoit dapat :
1) menginfeksi jaringan hospes,
2) hidup di lumen usus besar tanpa invasi, atau
3) menjadi kista.
Invasi pada jaringan menyebabkan perdarahan yang
mana sel–sel darah
merah akan dimakan oleh tropozoit. Tropozoit ini
memasuki jaringan usus dan merusak epitel dari usus besar dengan memproduksi
enzim proteolitik. Di dalam usus besar, tropozoit melakukan penyerapan nutrisi,
tumbuh, dan berkembang
biak secara aseksual dengan cara membelah diri. Perkembangbiakan ini
dilakukan untuk pembentukan koloni.
Tropozoit dari jaringan usus dapat dibawa ke organ
ekstraintestinal vena porta, seperti hati, otak, paru-paru, dll. Hati adalah
organ yang paling sering diserang selain usus, karena di dalam hati
trophozoit akan memakan sel parenkim hati sehingga menyebabkan kerusakan
hati. Sebagian koloni tropozoit akan tetap berada di dalam usus besar untuk
membentuk kolonisasi primer. Koloni tropozoit yang lain akan melanjutkan
perjalanan menuju anus. Selama perjalanannya, protozoit akan berubah menjadi
prekista. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan ukuran 3,5-20
um (Brown, 1979). Bentuk kista yang matang mengandung kromatoid untuk menyimpan
unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Kista ini adalah
bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses setengah padat. Sedangkan untuk
tropozoit akan dikeluarkan ke lingkungan saat diare, dan untuk prekista akan dikeluarkan
dalam semi feses.
Amoeba yang dapat menyebabkan penyakit amoebiasis
hanyalah Entamoeba histolytica.
Predileksi dari E. histolytica adalah sekum, rektum, sigmoid (Sutanto, 2008).
Seluruh kolon dan rektum akan dihinggapi apabila infeksi sudah berat.
BAB II
MORFOLOGI dan ANATOMI
2.1
Entamoeba
histolitica
Penyakitnya disebut: amebiasis
(masa inkubasi: 1-14 minggu), disentri amoeba, hepatitis amoeba (infeksi pada
hepar)
2.1.1
Morfologi
Dalam
feses ditemukan dalam bentuk: tropozoit, pre-kista, kista.
Tropozoit (reproduksi:
pembelahan biner)
Ukuran:
10–60 u (15-60 u) paling banyak antara 15-30 u.
Terdiri
dari :
a.
Ektoplasma :
-
± 1/3 dari seluruh tubuh
-
Warnanya jernih
-
Bisa membentuk pseudopodia yang
aktif; pseudopodia ini seperti jari-jari tangan (pembentukannya cepat).
b. Endoplasma
:
-
Terletak sebelah dalam dari
ektoplasma
-
Lebih padat dan banyak granula
-
Sering mengandung RBC yang utuh
atau telah mengalami desintegrasi
-
Biasanya tak mengandung bakteria
atau partikel asing
c. Satu
Nukleus :
-
Letaknya eksentrik
-
Pada pengecatan hematoxylin
memperlihatkan nukleomembran dan dilapisi oleh granuler kromatin uniform di
permukaan dalam.
-
Satu karyosome terletak di bagian
central dan dikelilingi oleh suatu kapsul yang tampak seperti halo
-
Tampak benang-benang fibril
tersebar secara radiair ke bagian perifer nucleus
-
Pergerakannya progressif dengan
pseudopodia
Pre-kista
-
Tak berwarna
-
Bentuknya bulat atau oval, lebih
kecil daripada tropozoit akan tetapi lebih kecil daripada kista.
-
Inclusion bodies tidak ada
-
Pergerakan pseudopodia lamban
-
Tak ada pergerakan yang progressif
Kista (reproduksi:
metasistik amuba)
-
Bentuk : bulat
atau oval
-
Dinding : tampak
tegas
-
Ukuran : 5-20 u
-
Sitoplasma mengandung :
· Vacuola
· chromatoid
bodies yang berbentuk sausage. Chromatoid
bodies tersebut akan hilang apabila kista itu menjadi matang. Kista yang immature mengandung satu inti
Kista yang
mature (infektif) mengandung 4 inti yang lebih kecil. Baik kista yang berinti satu maupun 4 semuanya bisa
keluar melalui feses.
2.1.2
Siklus hidup
2.2
Entamoeba
coli
· Sinonim: Entamoeba hominis/Amoeba coli
· Nonpatogenik
· Habitat:
lumen usus besar
· Siklus
hidup sama dengan Entamoeba histolitica
2.2.1
Morfologi
Terdiri
dari 3 bentuk:
Tropozoit
- Dijumpai
pada diarrhoeic stool
- Ukuran
15 – 50 u
- Merupakan
tropozoit terbesar di lumen usus besar
- Pseudopoda
pendek dan lebar
- Gerak
lambat
- Batas
ekto&endoplasma (granuler) tidak jelas
- Endoplasma
dipadati oleh vacuola makanan dan mengandung bakteri, tidak ada RBC
Nukleus:
·
Satu buah
·
Dinding tebal
·
Satu karyosome besar, eksentrik
·
Kromatin kasar, tidak sama besar,
granula terletak di membran nukleus
Dalam feses ditemukan dalam bentuk: tropozoit, pre-kista, kista.
Pre-kista
- Tidak
mengambil makanan
- Bentuk
bulat/lonjong
- Masih
banyak vacuola makanan
Kista
- Mula-mula inti 1 --> inti 8
- Inti 2 --> massa glikogen
besar
- Ukuran 20 – 30 u
- Terdapat vakuola glikogen
- Terdapat chromatoid bodies seperti
jarum / massa irregular
- Ekskistasi :
inti 8 bisa menjadi inti 4
- Chromatoid body tidak terdapat
pada kista inti 8
- Kista matang : vakuola
glikogen kecil/hilang
- Inti kecil tapi identik
2.2.2
Gambaran
2.3
Endolimax
nana
· Sinonim: Endolimax intestinalis, Entamoeba nana
· Nonpatogenik
2.3.1
Morfologi
Tropozoit
-
Ektoplasma sempit
-
Gerak lambat, cair > aktif
-
Pseudopoda pendek/tumpul
-
Vakuola mengandung bakteri
-
RBC (-)
-
Nukleus :
· Kecil
·
Karyosome besar, irreguler, eksentrik.
·
Benang achromatic keluar dari karyosome
--> membentuk nucleus
·
Kromatin membentuk nukleus (-)
Pre-kista
-
Bentuk bulat/lonjong
-
Ujung tumpul
-
Tidak mengambil makanan
Kista
- Bentuk bulat/lonjong
- Ukuran 5-14 u
- Uku Inti 1, 2 atau 4
- Kista mature : inti 4
- HI : nukleus tampak jelas
- Kadang chromatoid body seperti lengkung
kecil
- Pembelahan binair
2.3.2
Gambaran
2.4
Iodamoeba
butschlii
· Sinonim:
Entamoeba butschlii
· Nonpatogenik
2.4.1
Morfologi
Tropozoit
-
Tropozoit jarang ditemukan dalam tinja,
Ukuran 6-25 u
-
Gerak aktif progresif pada feses segar, lamban
pada feses yang lama
-
Batas ekto&endaplasma tidak jelas
-
Endoplasma penuh granula, RBC (-)
-
Vacuola makanan mengandung bakteri/yeast
-
Nukleus :
· Ukuran
2 - 3,5 u
· Karyosome
besar
· Karyosome
sentral/eksentrik
· Karyosome
dikelilingi globules yang refraktil
· Benang
achromatic dari sentral ke perifer
Pre-kista
-
Tidak mengambil makanan
-
Lebih kompak
Kista
-
Bentuk oval, 6 – 15 u
-
Inti 1, jarang 2
-
Vakuola glikogen besar, 1 – 2 buah
-
Chromatoid body (-)
-
Granula kromatin menempel pada satu sisi
sehingga inti tampak seperti keranjang (basket nucleus)
2.4.2
Gambaran
2.5
Dientamoeba
fragilis
· Jarang ditemukan, hanya ada bentuk tropozoit
· Tidak
menembus jaringan
2.5.1
Morfologi
Tropozoit
-
Ukuran 3 – 22 u, biasanya 5 – 12 u
-
Sitoplasma sangat rapuh
-
Banyak vakuola makanan, bakteri (+), RBC
(-)
-
Pseudopoda triangular, lobus, pinggir
bergerigi
-
Bergerak aktif
-
Batas ekto&endoplasma jelas
-
Nukleus 2 buah
-
Kromatin besar, biasanya 6 buah,
berkelompok seperti bintang
Pre-kista
-
Tidak mengambil makanan
-
Lebih kompak
Kista
-
Bentuk oval, 6 – 15 u
-
Inti 1, jarang 2
-
Vakuola glikogen besar, 1 – 2 buah
-
Chromatoid body (-)
-
Granula kromatin menempel pada satu sisi
sehingga inti tampak seperti keranjang (basket nucleus)
2.5.2
Siklus hidup
2.6
Entamoeba
gingivalis
· Sinonim: Entamoeba buccalis
· Penularan
melalui droplet mulut, gelas
· Hanya
mempunyai bentuk tropozoit
2.6.1
Morfologi
-
Hanya ada bentuk tropozoit, tidak ada
bentuk kista
-
Ukuran 5 – 35 u, rata-rata 10 – 20 u
-
Gerak aktif
-
Batas ekto&endoplasma jelas
-
Pseusopoda multiple,
panjang&berlobus / pendek& tumpul
-
Endoplasma mengandung vakuola makanan
dengan WBC & sel epitel di dalamnya.
-
Jarang ada RBC.
-
Nukleus:
·
chromatin pada membran kasar
·
Karyosome kecil agak sentral
2.6.2
Gambaran
BAB III
PATOLOGI
3.1 Ameba
Yang Hidup di Rongga Usus Besar
3.1.1
Entamoeba histoytica
Sebagai hospes adalah manusia dengan
penyakit amebiasis.
Cara
menegakkan diagnosis / diagnosis banding.
Diagnosa
dapat ditegakkan dengan
1. Diagnosa klinik
2. Diagnosa laboratorium
3. Radio foto, dan
4. Test imunologi
Diagnosa
untuk Amoebiasis hystolitica dapat dibagi :
1. Amoebiasis
intestinal akut, dapat ditegakkan dengan :
a. Gejala
klinik yaitu diare yang terjadi ± 10 kali sehari disertai demem dan sindrome
disentri.
b. Laboratorium dengan ditemukannya E.
Hystolitica stadium hystolitica pada tinja encer yang bercampur darah . Pada
pemeriksaan darah terjadi leukositosis.
2. Amoebiasis
intestinal akut, dapat ditegakkan dengan :
a. Gejala
klinik: diare bergantian dengan koptipasi. Jika terjadi eksaserbasi akut,
biasanya terjadi sindroma disentri.
b. Laboratorium,
menemukan E. Hystolitica stadium kista padfa tinja yang agak padat. Pada
pemeriksaan ini lebih sulit untuk menemukan parasit ini, maka perlu dilakukan
pemeriksaan berulang sampai tiga kali. Dapat pula dilakukan sigmoidoskopi dan
reaksi serologi.
3. Amoebiasis
hepatitis
a. Pemeriksaan
klinik, penderita datang dengan kesakitan, membungkuk seperti menggendong
perut sebelah kanan, disertasi demam, berat badan menurun atau nafsu makan
berkurang. Pada palpasi hati teraba hati yang membesar dengan nyeri tekan.
b. Laboratorium,
darah ditemukan leukositosis. Pada biopsi dasar abses ditemukan E.
Hystolitica stadium hystolitica. Pada aspirasi nanah dapat ditemukan E.
Hystolitica stadium hystolitica. Bila tidak ditemukan, dapat dilakukan test
serologi yaitu test haemaglutinasi dan test immunologi.
4. Amoebiasis
paru
a. Pemeriksaan klinik
sukar dibedakan dengan infeksi paru lainnya, hal ini karena tidak ada laporan
mengenai gejala klinik yang khas dari amoebiasis paru.
b. Laboratorium,
sputum penderita yang berasal dari penyebaran amoebiasis secara hematogen
akan ditemukan E. Hystolitica stadium hystolitica.
Pengobatan.
Menggunakan
obat amebisid yang penting yaitu :
1. Emetin hidroklorida
Obat
ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini hanya
efektif bila diberikan secara parenteral, karena pada pemberian secara oral
absorpsinya tidak sempurna. Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap
otot jantung. Dosis maksimum untuk orang dewasa adalah 65 mg/hr, dan
anak di bawah 8 tahun 10 mg/hr. Lama pengobatan 4-6 hari.
2. Klorokuin
Obat
ini merupakan amebisit jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histoitika. Efek
samping dan efek toksiknya bersifat ringan, antara lain mual, muntah, diare,
dan sakit kepala. Dosis untuk orang dewasa adalah 1 g/hr selama 2 hari,
kemudian 500 mg/hari selama 2-3 minggu. Obat ini juga efektif untuk amebiasis
hati.
3. Antibiotik
Tetrasiklin
dan eritromisin bekerja secara tidak langsung sebagai amebisit dengan
mempegaruhi flora usus. Paromomisin bekerja langsung pada ameba. Dosis yang
di anjurkan adalah 25 mg/kg berat badan/hari selama 5 hari, diberikan secara
terbagi.
4. Metronidazol ( Nitroimidazol
)
Metronidazol
merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolitika dan bentuk
kista. Efek samping ringan, antara lain mual, muntah, dan pusing. Dosis untuk
orang dewasa adalah 2 gr/hari selama 3 hari berturut-turut, diberikan secara
terbagi.
Epidemiologi
1. Amebiosis
ditularkan oleh pengandung kista matang (carrier) karena tinjanya merupakan
sumber infeksi.
2. Air,
makanan, sayuran, dan lalat yang terkontaminasi oleh tinja carrier dapat
sebagai sumber infeksi.
3. Kista
matang sebagai bentuk infektif dapat hidup 10-14 hari (dalam air), ± 12 hari
(lingkungan lembab dan dingin. Tahan terhadap klor (cl2).
4. Kista
mati pada suhu 500 C
dan kering.
3.1.2
Entamoeba coli
Entamoeba coli bukan merupakan
golongan yang patogen baik terhadap manusia maupun hewan (hidup komensal di
usus besar).
Cara menegakkan diagnosis / diagnosis
banding
Diagnosa
ditegakan dengan menemukan bentuk trofozoit atau bentuk kista dalam tinja
Pengobatan
Karena Entamoeba coli bukan merupakan
bakteri patogen (flora normal), maka tidak ada pengobatan untuk Entamoeba
coli.
Epidemiologi
Entamoeba coli tidak menimbulkan
penyakit pada manusia.
3.1.3
Entamoeba hartmani
Entamoeba
hartmanni dianggap nonpathogenic. Walaupun Entamoeba hartmanni dianggap
nonpathogenic, protozoa ini dapat dianggap sebagai indikator dari kontaminasi
fecal.
Cara menegakkan diagnosis / diagnosis
banding
Karena
pada sediaan basah organisme ini sulit dibedakan dengan amoeba lain yang
berukuran hampir sama, identifikasinya dilakukan dengan sediaan pulasan permanen.
Dengan pengukuran yang akurat akan lebih memastikan diagnosa.
Pengobatan
Tidak
ada sistem pengobatan untuk Entamoeba hartmani karena spesies Rhizopoda jenis
ini bukan merupakan organisme yang patogen pada manusia
3.1.4
Iodamoeba butschlii
Sama
seperti Entamoeba hartmani, Iodamoena butschlii juga bukan merupakan ameba
patogen pada tubuh manusia atau tidak berbahaya dan hanya hidup komensal di
usus besar.
Gambaran
klinis
Karena
Iodamoeba butschlii bukan merupakan ameba yang patogen, maka tidak menyababkan
penyakit sehingga tidak ada gejala klinis yang dapat ditemukan sebagai akibat
dari Iodamoeba butschlii.
Cara
menegakkan diagnosis / diagnosis banding
Meski
kistanya dapat diidentifikasikan dengan sediaan basah, terutama bila vakuol
dipulas dengan iodium, trofosoitnya sulit dideteksi dan diidentifikasi tanpa
sediaan pulasan permanen.
Pengobatan
Tidak
ada pengobatan untuk Iodamoeba butschlii karena tidak bersifat patogen.
3.1.5
Dientamoeba fragilis
Infeksi
oleh Dientamoeba fragilis disebut Dientamoebiasis,dengan gejala
nyeri di bagian perut, penurunan berat badan, diare, anoreksia, mual-mual,
dan demam. Jika infeksi sudah kronis, gejala yang muncul akan berlangsung
hingga lebih dari dua bulan.
Gambaran
klinis
Ciri
– ciri orang yang terinfeksi Dientamoeba fragilis akan mengalami penurunan
berat badan, diare, anorexia, nyeri di bagian perut, mual, serta demam dalam
waktu yang cukup lama.
Cara
menegakkan diagnosis / diagnosis banding
Diagnosa
tergantunbg dari teknik pengumpulan dan teknik prosesing yang benar ( paling
sedikit disiapkian 3 spesimen tinja ).
Morfologi
masanya terbatas, sehingga pemerikisaan tinjanya harus segera diawetkan/
fiksatif setelah defekasi. Yang penting dibuat pilasan permanen dan diperiksa
dengan mikroskop obyektif 100x + oil emersi
3.1.6
Endolimax nana
Bukan
merupakan amoeba
yang patogen pada tubuh manusia.
Cara
menegakkan diagnosis / diagnosis banding
Diagnosa
pasti dilakukan berdasarkan pulasan pernmanen, kista dapat diidentifikasi
berdasarkan pemeriksaan basah sepertiteknik konsentrasi dan flotasi. Kariosom
keempat intinya sangat refraktil pada sediaan basah.
3.2 Ameba
yang hidup di Rongga Mulut
3.2.1
Entamoeba gingivalis
Entamoeba
gingivalis sebelumnya dianggap parasit yang komensal, sampai akhirnya
beberapa peneliti menemukan bahwa E. gingivalis bersifat patogen yaitu dapat
memfagosit sel darah putih dan sel darah merah.
Cara
menegakkan diagnosis / diagnosis bandin
Diagnosa
ditemukan dalam pulasan permanen, dimana fragmen inti dari sel darah putih
dapat terlihat dalam vakuola makanan yang biasanya lebih besar dari pada E.
Hystolitica, karena E, gingivalis merupakan satu-satunya spesies yang hanya
memfagosit sel lekosit.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah
pembahasan mengenai amoeba dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa tidak semua
spesies Ampeba merupakan patogen, akan tetapi penting untuk dipelajari
sebagai pembanding dengan spesies yang lain.
4.2 Saran
Kepada
pembaca sekalian, penulis menyarankan agar pembaca sekalian menjaga kesehatan
dan kebersihan diri sehingga terhindar dari infeksi ameba yang patogen.
Terapi obat dapat menyembuhkan amebiasis dalam beberapa minggu. Namun,
karena obat tidak dapat mencegah Anda dari mendapatkan terinfeksi lagi,
ulangi episode amebiasis dapat terjadi jika Anda terus hidup atau bepergian
ke daerah dimana amuba ditemukan.
Diantara
anak-anak di negara berkembang, terutama bayi dan orang-orang muda dari 5,
amebiasis pencernaan bisa berakibat fatal. Seluruh
dunia, amebiasis adalah penyebab paling umum ketiga kematian karena infeksi
parasit.
DAFTAR
PUSTAKA
Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia.
Jakarta.
http//:www.education.com
http//:www.blogspotadibah.com
Kimball, J. W. 1992. Biologi Jilid 1 Edisi ke lima. Erlangga. Jakarta
Lim, Daniel. 1998. Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.
Istamar
Syamsuri. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Sugiarti,
S. dkk. 2002. Avertebrata Air Jilid I. Depok :
Penebar Swadaya.
Http//www. Google.com
Http//wikipedia.com
Brown,
Harold W. 1979. Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: PT Gramedia
Neva A and
Brown HW. 1994. Basic Clinical Parasitology. 6th edition. Prentice-Hall Intenational Inc. pp.
Sutanto
dkk. 2008. Parasitologi Kedokteran. Penerbit: FKUI Jakarta
|
Jumat, 12 Februari 2016
VIROLOGI, AMOEBA
Langganan:
Postingan (Atom)